MATARAM – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat mendorong semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan habitat burung kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Moyo Satonda di Pulau Sumbawa.
Kepala BKSDA Provinsi NTB Budhy Kurniawan mengatakan tantangan Taman Nasional Moyo Satonda adalah nilai penting sebuah kawasan. Di mana di Pulau Moyo menjadi habitat penting satwa kakatua kecil jambul kuning.
“Upaya konservasi oleh berbagai pihak diperlukan untuk mendukung kelestarian burung ini,” ujarnya di Mataram, Rabu.
Ia mengatakan BKSDA saat ini sedang menyusun peta jalan (roadmap) kakatua kecil jambu kuning di Pulau Moyo. Kegiatan ini untuk mensinergikan berbagai level perencanaan. Perencanaan yang dilakukan di Taman Nasional Moyo Satonda harus selaras dengan perencanaan di daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
“Salah satu poin yang masuk dalam pembahasan adalah bagaimana menjaga spesies burung kakatua kecil jambul kuning,” ucapnya.
Budhy Kurniawan mengatakan, tantangan Taman Nasional Moyo Satonda adalah nilai penting sebuah kawasan. Di mana di Pulau Moyo menjadi habitat penting satwa kakatua kecil jambul kuning. Selain itu, Moyo juga menjadi sumber penghidupan masyarakat yang tersebar di dua desa di pulau tersebut, sehingga memadukan pemeliharaan satwa terlindungi dan kesejahteraan warga lokal adalah bagian dari tugas BKSDA dan pihak terkait lainnya.
“Itu tantangan kita bagaimana mereka tetap menjadi aspek kesejahteraan, mereka harus mendapatkan manfaat. Sehingga masyarakat pun mau tak mau harus menjadi bagian dalam pengelolaan Taman Nasional ini, penghidupan mereka kita jamin tanpa merusak lingkungan,” ucap Budhy Kurniawan.
Ia mengatakan strategi yang dilakukan oleh BKSDA NTB untuk mensejahterakan warga lokal yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi jasa lingkungan. Sehingga jasa wisata di Moyo akan dikembangkan menjadi salah satu mata pencaharian mereka.
“Taman Nasional Moyo Satonda sudah lama berkembang sebagai tempat berwisata. Misalnya, ada air terjun mata jitu, gua kelelawar, dan lainnya. Itu sudah berjalan. Namun, karena sudah berubah fungsi menjadi Taman Nasional dengan pola pengelolaan berdasarkan zonasi, kami lebih memastikan ruang-ruang. Mana ruang untuk satwa, ruang untuk masyarakat, itu yang kita atur,” katanya.
Ia menambahkan di NTB terdapat dua habitat yang cukup baik bagi satwa kakatua kecil jambul kuning. Pertama, di daerah Tatar Sepang Kabupaten Sumbawa Barat, kedua di daerah Pulau Moyo yang memiliki habitat yang cukup baik.
“Di Sumbawa Barat tersisa 7 ekor serta di Moyo Tersisa 51 ekor kakatua kecil jambul kuning. Sementara di Pulau Lombok tidak ditemukan lagi spesies satwa tersebut,” katanya.(ant)